Bagaimana Setelah Lebaran?
Artikel bagaimana Setelah Lebaran?, sebuah refleksi dalam membantu kesadaran kita melihat langkah menjalankan usaha. Sebagian orang mungkin akan terjebak dengan rutin, menunggu. Sebagian lagi akan sibuk dengan sebuah ide ide baru yang akan kita wujudkan. Kesulitan pasti akan selalu menghantui setiap upaya untuk maju, bukan saja dalam proses yang mana dia melihat rencana sebagai sebuah panduan dalam model mencita-citakan visi menjadi nyata. Akan tetapi juga sebuah upaya melindungi keyakinan dan harapan pada diri sendiri. Untuk memudahkan diri memahami realitas.
Nalar adalah alat utama, pengetahuan sebagai kompas kemana kaki akan melangkah. Sebagian orang akan memutuskan untuk tidak dan melanjutkan. Atau sebatas memantau keadaan. Apakah benar-benar berubaha atau sekedar harapan semu. Sehingga memilih mengganti strategi dan maju menjadi seorang pejuang adalah kepastian yang tidak bisa kita tolak. Kegundahan dan spekulasi lebih sering kita kedepankan, kita bandingkan menjadi benar benar menerima kenyataan serta menetapkan kepastian. Lalu pertanyaanya, bagaimana mengunci kepastian tersebut dalam sebuah bentuk yang bisa kita eksekusi.
Mengukur diri
Sering dalam perancanaan serta cita cita, kita seakan bilang tidak mengukur diri. Dalam pertmuan keluarga kala lebaran pertanyaan bertubi tubi datang tentang status, harapan dan politik. Tidak saja menyasar apa dan siapa, serta kemana?. Akan tetapi juga menjadikan keadaan sa’at ini kita sebagai cara mengukur diri. Melihat pertanyaan yang datang bertubi tidak saja sebagai sebuah kritik yang bertujuan menyakiti. Tapi bagian dari cara kita melihat diri kita dari kacamata orang lain.
Dan lebih menakjubkannya. Keadaan ini sering memberikan kan kita sebuah inspirasi yang menciptakan warna baru dalam hidup kita dan bentuk baru dalam cara kita menyadari ternyata sebuah rencana bisa berupa sangat ambisius atau terlalu meletakkan capaian yang rendah. Sehigga gampang untuk kita capai. Lebaran idul fitri juga memberikan informasi tentang siapa yang masih mengingat kita. Dalam waktu dekat atau jauh. Dan dengan begitu kita juga sangat mungkin memilih untuk menjadi diri sendiri dan menyadari bahwa kita perlukan berbagai cara untuk merevisi rencana yang tertunda. Dan tentu semakin hari kita semakin membutuhkan berbagai masukan untuk menyesuaikan diri kita dengan keadaan sekarang.
Sehingga tidak perlu juga kita melihat pertanyaan yang seakan menyudutkan sebagai sebuah ancaman yang kita khawatirkan akan membuat kita terluka. Bukan sebaliknya, justru mengarah pada kebutuhan akan cara kita memperbaiki diri.
komentar ditutup.