Belajar Bisnis

Belajar Bisnis

Ketertarikan khalayak pada Belajar Bisnis belakangan sedikit mengalami guncangan. Terutama melihat kenyataan banyak para pelaku usaha yang tadinya memasang standar tinggi untuk usaha mereka akhirnya tumbang. Karbit pendanaan yang membuat pelaku usaha pemula merasa mesti mengejar dan mendapatkan tropi dukungan keuangan dari venture capital telah merubah wajah dan antusiasme pelaku usaha sedar awal. Motif kekayaan dan uang besar serta akselerasi gaya hidup telah merubah pendekatan nilai kewirausahaan yang tadinya menarik menjadi semakin menurun.

Dan bergeser ke cara pandang harga. Ketersesatan cara pandang ini, semakin menjamur dan membuat pelaku usaha pemula tersurut mentalnya. Dan tidak bisa melihat model yang nyata dan layak kita jadikan inspirasi. Pecahan pecahan gambar mental untuk mengawali usaha telah membuat warna dan model pendampingan yang hadir dipasar pendidikan tidak lagi relevan. Malah menjadi lucu dan tidak lagi relevan. Sampai membuat pelaku usaha pemula mesti membuat loop atau siklus yang tercerabut dari akar ide dan idealnya dari sejarah nilai tersebut terbangun.

Kompleksitas Nilai

Tidak ada yang salah ketika sebuah semangat yang terdorong oleh motif mendapatkan keuntungnan sebesar besarnya dan mengakumulasi kekayaan dalam tujuan berbisnsis. Dan sebuah kenyataan juga Kompleksitas Nilai menjadi akar kesadaran penggerak manusia demi memenuhi fitrah mereka. Dan semakin bisa kita katakan keterlambatan dalam memahami nilai sebenarnya yang menjadi landasan dari pembelajaran bisnis membuat kita semakin tersadar bahwa tidak mudah juga menyatakan dan mewujudkan kepentingan yang kita gambarkan dalam warna seta simulasi yang kewirausahaan yang nyata. Kesalahan dalam membangun mekanisme insentif juga akan memunculkan sinyal yang tidak tepat dalam menjalankan kendaraan dan dalam kehidupan pelaku usaha.

Pesta pendanaan telah beraakhir, dan semakin nyata bagi kita, wawasan berbisnis bukan sebatas diatas kertas dan sebatas warna buatan. Dan mendorong kita untuk keluar dari prinsip nilai sebenarnya. Lalu bagaimana sebaiknya kita maju dan berbagi pengetahuan dalam ekosistim padnagan nilai berbisnis yang menciptakan ekosistim yang sehat dan bermartabat. Masuk dalam pendidikan formal binsis hanya akan menyesatkan calon calon muda. Dan membuat seleksi alam bekerja untuk menghasilkan pelaku usaha yang adaptif dan kompetitif. Program pengkarbitan hanya akan menciptakan residu dalam ekosistim kewirausahaan yang bisa jadi lebih banyak dari apa yang kita dapat. Lalu apa lagi yang membuat kita mesti menunggu dan tidak dari awal membuka kesadaran tersebut?