Beli Usaha Bukan Mulai Usaha

Beli Usaha Bukan Mulai Usaha

Artikel Beli usaha bukan mulai usaha adalah bentuk refeleksi dari penulis yang selama ini sering terbawa pada semangat untuk memulai usaha. Tidak ada yang salah dalam rencana rencana memulai usaha. Yang mana ketika seseorang melihat sebuah kesempatan dan mengukur kemampuan makan mulai terpikir melakukan sebuah perjalanan wira usaha. Yang mana dengan melakukannya, kita harapkan proses dari perencanaan yang telah kita bangun. Dapat berjalan sesuai rencana. Namun dari berbagai sumber yang akurat. Hampir 80% startup tumbang pada tahun ke 3 dan 09 % yang tersisa tutup pada tahun ke lima. Nah, kita sebagai calon pelaku usaha tentu perlu menyadari bahwa tidak mudah mengawali usaha yang benar benar bisa tumbuh.

Dan menemukan kesempatan bertumbuh yang mendapat dukungan oleh kebutuhan pasar dan permintaan. Dan tentu bukan rahasi lagi ketika kita menyadari, bahwa sulit menemukan pusat pertumbuhan usaha, pada sa’at skalabelitas kita hadapkan pada kenyataan mesti meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan modal kerja sebagai sumber baru dalam bertumbuh. Lalu apa solusi yang bisa kita tempuh, agar kita tidak lagi menghabiskan masa masa pahit yang mana sebuah kenyataan dan tantangan memulai usaha yang sudah pasti tutup. Membuat usaha tersebut bertahan dan bisa berubah dewasa membutuhkan keahlian yang cukup dan kematangan dalam menjalankannya.

Itulah sebab artikel ini penulis sampaikan, ketika menyadari banyak orang mendapatkan informasi yang kurag akurat dari memulai usaha. Selain adanya keterbatasan modal dalam memulainya. Namun, sering berupa kendala adalah, membeli sebuah usaha yang memang terukur dan berumur rata rata diatas 5 tahun cukup sulit. Karena menemukannya saja ada sebuah tantangan. Apalagi membeli dan memilihnya.

Tujuan dan Proses

Bagi beberapa orang ada yang mendudukan cara pikir mereka dalam memulai usaha dengan memilih proses sebagai tujuan. Bukan tujuan sebagai pokok dari mengambil proses tersebut. Pola ini sering dibolak balik dimana semakin seseorang menjalankan prosesnya dengan tergesa gesa dan terseok seok. Makan akan ada semacam kekecewaan yang tumbuh dan membuat seseorang tidak bisa balik lagi kedalam arena permain. Dan tentu ini sebuah kenyataan yang jarang sekali kita sadari. Ketersesatan yang datang dari sebuah model informasi yang membanjiri ruang sosial kita. Dan lagi, sampai pada kenyataan bahwa ketika menjadi bagian dari tujuan mengalami proses kita membutuhkan sumberdaya untuk bertahan. Sementara ketika kita melihat dari kontek tujuan kita akan lebih menyadari bahwa hasil yang kita harapkan bisa menjadi tahapan yang cukup memberikan imbal balik. Dari hanya sekedar proses bisnis yang bagi beberapa motivator adalah agenda mereka.